Programmer Indo Kapan Naik Hajinya

Ceritanya, saya diminta calon klien untuk develop web loker seperti loker[.]id dan mereka minta 1 minggu selesai.

Saya bilang ini 2 - 4 minggu paling lama. Bukan karena ga bisa tapi karena ga make sense, mau dikerjakan berapa jam sehari Pak? Selesai project bisa kena tifus yang ada hahahaaha.

Ok lanjut,

Si Bapak: "Berapa Pak Gusti harga nya ?"

Saya: "60 jt Pak"

Si Bapak: "Nanti dikabari kembali"

.... Beberapa waktu kemudian,

Saya: "Bagaimana Pak project lokernya?"

Si Bapak: "Saya sudah dapat Pak, 3.5 jt, waktu pengerjaan 6 hari"

Saya: (dalam hati, "Saya juga mau naik haji Pak hahaha")

Hayo siapa programmer yang suka kasih harga mureh begini ke client?


.... Setelah beberapa saat,

Saya: Gimana project nya Pak?

Si Bapak: Ga selesai tepat waktu Pak, molor

Saya: Oalahhh, okok

Moral of the story, jangan over-promise, under-deliver.

Over-promise, under-deliver

Sebagai manusia, kita semua cenderung memberikan janji yang berlebihan dan memberikan janji yang kurang dari waktu ke waktu. Entah itu tenggat waktu untuk sebuah tugas, ekspektasi terhadap sebuah proyek, atau tawaran untuk memberikan layanan, menjanjikan lebih dari yang bisa kita berikan bisa menjadi masalah dan bisa menyebabkan kekecewaan dan rusaknya hubungan.

Dalam dunia bisnis, overpromising and underdelivering dapat menimbulkan konsekuensi serius bagi pelanggan dan organisasi. Hal ini dapat menyebabkan hilangnya peluang, menurunnya kepuasan pelanggan, dan ternodanya reputasi. Oleh karena itu, penting untuk mengenali kelemahan dari memberikan janji yang berlebihan dan tidak memberikan hasil, serta mengambil langkah-langkah untuk menghindarinya.

Why Do People Over Promise?

Alasan untuk memberikan janji yang berlebihan bisa bermacam-macam, misalnya keinginan untuk mendapatkan pekerjaan, mengesankan atasan atau klien, atau upaya untuk memenuhi ekspektasi atau target yang tidak realistis. Apa pun alasannya, membuat janji yang tidak realistis akan menyebabkan kegagalan dan konsekuensi negatif di masa depan.

Di sisi lain, kurangnya komunikasi juga sama merugikannya. Memberikan kurang dari apa yang dijanjikan dapat mengakibatkan pelanggan frustrasi atau kekecewaan dari rekan kerja, sehingga menyebabkan rusaknya kepercayaan dan hilangnya kredibilitas.

How to Avoid Over-Promising and Under Delivering

Komunikasi yang efektif adalah kunci untuk menghindari jebakan ini. Jika ada keraguan bahwa Anda dapat memenuhi permintaan atau harapan tertentu, ambil langkah mundur dan ajukan pertanyaan klarifikasi sebelum melakukan apa pun. Tetapkan ekspektasi yang jelas sejak awal pada diri Anda, kolega, atau klien.

Identifikasi sumber daya dan keterbatasan Anda dan pastikan janji yang dibuat sesuai dengan kerangka ini. Selain itu, komunikasikan kemajuan secara teratur dan bersikap transparan jika segala sesuatunya tidak berjalan sesuai rencana.

Kesimpulannya, overpromising and underdelivering dapat menimbulkan konsekuensi yang parah, menyebabkan hilangnya peluang bisnis, rendahnya semangat kerja, dan budaya organisasi yang buruk. Meluangkan waktu untuk memahami available resource, kemampuan, dan menyamakan ekspektasi dapat membantu Anda mencegah masalah ini dan membangun reputasi yang kuat. Kejujuran, transparansi, dan komunikasi yang efektif adalah kunci kesuksesan.